AdvertorialdanmediaFeatureHeadlineOpini

Dari Jari ke Janji: Salam Politik Pilwako 2025

×

Dari Jari ke Janji: Salam Politik Pilwako 2025

Sebarkan artikel ini

Oleh: Awan Sasmika (CEO danmedia.co / wartawan Pangkalpinang)

Awan Sasmika (Jurnalis Pangkalpinang / CEO danmedia.co)

PEMILIHAN Wali Kota Pangkalpinang Ulang 2025 bukan sekadar ajang adu visi dan program, tapi juga menjadi panggung kreativitas politik. Pasca-penetapan nomor urut pasangan calon pada 23 Juli lalu, tiap paslon mulai mengemas kampanye mereka dalam gaya yang lebih santai, segar, dan dekat dengan pemilih. Salah satu elemen yang menarik perhatian: salam jari, gestur sederhana tapi penuh makna.

Dari satu hingga empat jari, tiap paslon dapat menawarkan gaya salam yang bukan cuma layak tayang di baliho, tapi juga siap viral di media sosial. Kalau diulas gestur salam jari yang bisa digunakan setiap paslon, bisa jadi seperti ini:

Nomor Urut 1: Eka Mulya Putra – Radmida Dawam
Paslon independen ini datang paling awal, paling siap, dan paling konsisten sejak awal tahapan Pilwako. Tanpa beban partai, Eka–Radmida hadir sebagai simbol keberanian mengambil jalan sendiri.
Salam jari mereka? Satu jari telunjuk mengarah ke atas, simbol kesederhanaan, ketegasan, dan keyakinan.
Tanpa perlu banyak gaya, satu jari cukup untuk menyampaikan pesan: “Kami hadir sebagai satu suara rakyat.” Gaya ini gampang diingat dan menunjukkan citra petarung pertama.

Nomor Urut 2: Maulan Aklil – Zeky Yamani
Molen kembali! Setelah sebelumnya sempat tumbang oleh kotak kosong, kini ia bangkit dengan pasangan baru, Zeky Yamani. Dapat nomor dua, mereka membawa semangat baru: kesempatan kedua, semangat dua kali lipat.
Salam jari? Dua jari membentuk peace sign, damai dan optimistis.
Gaya ini bukan cuma gaya selfie sejuta umat, tapi juga menyiratkan tekad berdamai dengan masa lalu dan melangkah dengan lebih dewasa. “Dua jari, untuk Pangkalpinang yang maju dua langkah ke depan.”

Nomor Urut 3: Saparudin – Dessy Ayutrisna
Kalau bicara soal gaya salam paling ikonik, pilihan jatuh ke Paslon 3. Tiga jari tegak, kepala banteng terbentuk. Tak perlu repot jelaskan, publik sudah kenal, inilah gaya khas PDI Perjuangan yang mengusung 2 kader terbaiknya.
Udin–Dessy tampil solid sebagai representasi partai besar. Salam tiga jari bukan sekadar simbol partai, tapi bentuk kesetiaan pada ideologi dan rakyat kecil.
“Tiga jari, satu hati, tegak lurus bersama rakyat,” jadi narasi yang mudah dijual dan kuat maknanya. Tak heran, paslon ini tampil penuh percaya diri, karena identitasnya sudah melekat di setiap salam.

Nomor Urut 4: Basit Sucipto – Dede Purnama
Empat jari? Ini dia tantangannya. Banyak yang masih bingung gaya salam empat jari itu seperti apa, di sinilah kreativitas diuji. Basit–Dede bisa memainkan narasi: “empat jari, simbol lengkap.”
Empat jari terbuka (dengan jempol dilipat) bisa dimaknai sebagai simbol keterwakilan empat elemen: rakyat, pemimpin, sistem, dan masa depan.
Gaya ini bisa jadi khas kalau konsisten dimainkan. Butuh sedikit edukasi, tapi potensi viralnya tetap terbuka.

Adu Kreatif di Medan Kampanye

Perlu disclaimer dulu, narasi ini tidak perlu dianggap serius, tapi bisa juga jadi bahan kreativitas. Mudah untuk membuat kombinasi cocoklogi terkait nomor urut dan histori masing-masing paslon Pilwako Pangkalpinang.

Kini, masing-masing paslon mulai berlomba bukan cuma soal visi-misi, tapi juga soal gestur salam yang cepat viral di masyarakat. Dari yang satu jari kayak memberi ‘warning’, dua jari ala peace sign, tiga jari gaya semangat banteng, sampai empat jari kayak nunggu high five.

Di era politik digital, salam jari bukan sekadar gaya iseng. Ia bisa jadi kode identitas, simbol perjuangan, bahkan alat mobilisasi simpati. Dalam kampanye yang makin padat, visualisasi yang kuat bisa menentukan siapa yang mudah diingat dan siapa yang terlupakan.

Namun tentu saja, pemilih harus tetap cerdas. Jangan sampai pilihan ditentukan hanya oleh gaya salam yang cocok buat selfie. Pilihlah paslon yang benar-benar mampu menyentuh kebutuhan warga, bukan cuma ujung jari.

Karena politik itu soal keberpihakan. Salam jari hanya pembuka. Yang terpenting adalah tangan yang bekerja, bukan sekadar yang bergaya.

Pemilih diminta tetap waras dan bijak memilih. Boleh ketawa, tapi jangan asal coblos gara-gara jari yang cocok buat selfie.

Yang pasti, tanggal pemilihan makin dekat. Jadi, selain siapin KTP dan hati yang mantap, siapin juga jari biar gak kaku pas difoto bareng paslon pilihan.

Salam cerdas untuk Pilwako Pangkalpinang 2025. Coblos bukan karena jari, tapi karena visi. Tapi kalau bisa dua-duanya menarik, kenapa tidak? (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *